Farewell Om...

Kemarin mendengar kabar dari teman, dia menelponku di saat dia di rumah sakit. dia menangis, mengatakan bahwa papinya meninggal. Aku shock, gak percaya dan diapun begitu, karna baru bbrp jam yg lalu papinya masih bisa berjalan, masih bisa berbicara, masih bisa memandang wajahnya.

Suddenly, he's gone. Aku tercekat. Begitukah rasanya ditinggalkan?

Dan lebih sedihnya lagi, temanku itu akan lamaran 2 hari lagi. Bagaimana perasaannya?
Aku tak tahu. Yang pasti jika aku di hadapkan dengan kejadian spt itu mungkin aku gak akan bisa menelpon seseorang, mungkin pada saat itupun aku akan tak sadarkan diri.

Dia bilang, papinya pagi2 udh minta pulang dari rumah sakit biar bisa pulang ke lampung and siap2 buat acara lamaran. Tapi temenku berkeras, harus sembuh dulu papi baru kita pulang, katanya. Ternyata Tuhan berkehendak lain.

Sebegitu tipiskah jarak antara kematian dan kehidupan?

Tadi aku telpon lagi, mengatakan aku tak bisa ikutan melayat, jadi keluarga di lampung yang mewakili. Nada suaranya sudah stabil, sungguh senang karna dia bisa tabah, tapi aku tercekat, antara menahan tangis dan mencoba tabah. Jadi teringat bertemu papinya tahun lalu pas hari Natal. Papinya and bapakku ternyata teman waktu masih muda, jadi mereka bercengkrama dengan panjang lebar, sungguh senang melihatnya.

Farewell Om.. rest in peace, semoga Om beristirahat dengan tenang dan sudah sama Tuhan di surga.

Chika, yang sabar ya... Tuhan pasti punya rencana yang indah untuk hal ini. Semoga kamu tabah and semoga apapun yang kamu rencanakan ke depan, yaitu menikah bisa terlaksana. We love you...